Lainnya
LensaDaily - Kapolda Papua Irjen Pol. Patrige R. Renwarin didampingi Ketua Bhayangkari Daerah Papua, Ny. Nova Patrige Renwarin, menjenguk korban penyerangan dan pembakaran yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Kodap XVI Yahukimo di distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Senin (24/3/25).Dalam kegiatan itu, Kapolda Papua juga turut didampingi oleh Irwasda Polda Papua Kombes Pol. Jeremias Rontini, Karoops Polda Papua Kombes Pol. I Ketut Gede Wijatmika, serta beberapa PJU Polda Papua menjenguk korban penyerangan dan pembakaran di Rumah Sakit Marthen Indey Jayapura.Kapolda menyampaikan, bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dukungan moril, memastikan kondisi kesehatan korban, serta menjamin bahwa negara hadir dalam melindungi dan memberikan rasa aman kepada masyarakat.“Selain itu, kunjungan ini juga menjadi wujud komitmen Polri dalam menangani situasi keamanan di Papua serta memperkuat sinergi dengan masyarakat dalam menciptakan stabilitas dan ketertiban di wilayah tersebut,” ujarnya.Adapun nama-nama korban dari aksi penyerangan tersebut, yakni Tari, Fanti, serta Irmawati yang mengalami luka ringan, adapun nama-nama korban yang mengalami luka berat, yakni Kosmas, Fidi lena, serta Paskalia.Kunjungan Kapolda Papua bersama Ketua Bhayangkari Daerah Papua untuk menjenguk korban penyerangan dan pembakaran yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Kodap XVI Yahukimo di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, merupakan bentuk kepedulian dan empati terhadap para korban serta keluarganya.(Papua)
26 Maret 2025LensaDaily - Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang merupakan salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto telah resmi diluncurkan.Program ini bertujuan untuk memperluas akses layanan kesehatan bagi masyarakat, sejalan dengan komitmen mewujudkan sistem kesehatan yang inklusif dan merata.Untuk memastikan implementasi program CKG berjalan optimal, Wakil Presiden Gibran Rakabuming didampingi Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim melakukan peninjauan langsung di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading dan Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Utara, pada Selasa pagi (18/02/2025).Pada kesempatan ini, Wapres menegaskan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala sebagai langkah preventif untuk mencegah penyakit serius di kemudian hari.Untuk itu, ia mengajak masyarakat agar tidak ragu memanfaatkan program CKG di fasilitas-fasilitas kesehatan terdekat.“Karena sekali lagi ini sangat penting untuk deteksi awal [penyakit], sehingga nanti ke depan pengobatan-pengobatannya bisa kita lakukan dengan baik. Treatment-treatmentnya bisa kita lakukan lebih awal. Jadi nanti angka harapan hidup bisa lebih tinggi,” ungkap Wapres saat memberikan keterangan pers kepada awak media.Wapres menambahkan bahwa dirinya berkunjung ke sejumlah Puskesmas dalam beberapa hari terakhir, selain untuk memastikan ketersediaan tenaga dan fasilitas kesehatan dalam mendukung program CKG, juga untuk menyosialisasikan program ini kepada masyarakat luas.“Karena banyak yang belum paham atau aware dengan program ini. Jadi kita pastikan warga mau untuk melakukan cek kesehatan ini,” ujarnya.Namun demikian, Wapres mengapresiasi antusiasme masyarakat sejauh ini yang telah menunjukkan respons positif terhadap program CKG.Menurutnya, pemerintah akan terus mengevaluasi program ini, agar pelaksanaannya ke depan semakin baik.“Saya kira partisipasi warga, sambutan warga luar biasa sekali. Kami sebagai pembantu Presiden ingin memastikan visi-misi, program-program unggulan dari Pak Presiden bisa berjalan dengan baik. Salah satunya ya itu tadi pemeriksaan kesehatan gratis,” ungkap Wapres.“Tadi dari lansia, anak muda, bayi ada semua. Jadi kita pastikan sekali lagi partisipasi warga baik. Kita pastikan pelayanannya baik. Kita pastikan nakes, faskes baik semua,” imbuhnya.Sebagai informasi, program CKG mencakup berbagai jenis skrining kesehatan guna memberikan dua rekomendasi utama kepada masyarakat.Bagi yang dinyatakan sehat, akan diberikan panduan untuk mempertahankan pola hidup sehat. Sementara bagi yang terdeteksi memiliki kondisi medis tertentu, akan mendapat rujukan dan layanan medis yang diperlukan. (*)(Jakarta)
18 Februari 2025LensaDaily - Warga luar Jakarta dapat mengikuti program pemeriksaan kesehatan gratis (PKG) di puskesmas-puskesmas di Jakarta. Hal ini diungkapkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi saat dikonfirmasi wartawan terkait program PKG.Dikutip dari lensaberitajakarta.com, Teguh menyatakan bahwa petugas puskesmas akan melayani warga menjalani cek kesehatan gratis meski bukan warga Jakarta."Dia tidak ber-KTP Jakarta akan dilayani," jelas Teguh di Puskesmas Tebet, Jakarta, Minggu (9/2/2025).Sementar itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jakarta, Ani Ruspitawati menjelaskan bahwa untuk mengikuti program pemeriksaan kesehatan gratis, masyarakat cukup mendaftarkan diri melalui aplikasi Satu Sehat Mobile.Aplikasi tersebut akan menginformasi lokasi fasilitas kesehatan dan jadwal bagi masyarakat untuk menjalani cek kesehatan gratis."Yang penting sudah mendaftar di Satu Sehat Mobile," jelas Ani.Dalam pendaftaran online, warga diwajibkan mengisi biodata diri secara menyeluruh. Selain itu, calon peserta harus melewati skrining mandiri untuk mengetahui potensi penyakit.Berdasarkan data yang diperoleh, Pemprov Jakarta telah menyiapkan 44 puskesmas yang ditunjuk sebagai lokasi tahap awal pelaksanaan program pemeriksaan kesehatan gratis.Ke depan, layanan PKG akan diperluas secara bertahap menjadi 292 puskesmas pembantu di tingkat kelurahan, sesuai kebijakan dari Kemenkes.PKG ditargetkan menjangkau hingga 9,2 juta warga Jakarta. Program diperkenalkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan dilaksanakan mulai Senin (10/2/2025). ***(Jakarta)
10 Februari 2025LensaDaily - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta menargetkan 9,2 juta warganya mengikuti program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) mulai Senin (10/2/2025).Dikutip dari lensaberitajakarta.com, Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi mengatakan bahwa layanan pemeriksaan di setiap puskesmas di Jakarta dibatasi maksimal untuk 30 orang setiap hari.“Untuk PKG kita juga nanti harus layani sekitar 9,2 juta (masyarakat). Dengan asumsi per puskesmas setiap hari itu adalah 30 orang,” ungkap Teguh, di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (9/2/2025).PKG ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, program PKG ini mencakup seluruh kelompok usia, dari bayi baru lahir hingga lanjut usia (lansia). Sementara, untuk pemeriksaan kesehatan di puskesmas diperkirakan memakan waktu sekitar 10 menit per orang, dan tergantung pada kondisi pasien.Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jakarta, Ani Ruspitawati menjelaskan bahwa berbagai pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan di puskesmas, seperti cek gula darah, kolesterol, dan urine. Namun, untuk skrining bayi baru lahir, ada dua jenis pemeriksaan harus dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)."Pokoknya yang penting sudah mendaftar di Satu Sehat Mobile, sudah terjadwal tanggal maupun faskesnya di mana, maka kami akan layani," jelas Ani.Disarankan bagi warga yang mendaftar secara online, diharuskan mengisi biodata diri secara lengkap serta menjalani skrining mandiri terkait kebiasaan sehari-hari untuk mengidentifikasi potensi penyakit.Jika warga ada mengalami kesulitan saat melakukan pendaftaran secara online, maka petugas keamanan di puskesmas akan membantu mengisi biodata diri di aplikasi Satu Sehat Mobile. ***(Jakarta)
10 Februari 2025LensaDaily - Perlu menjadi perhatian tentang penularan tuberkulosis (TBC) yang menyebar lewat udara ketika orang batuk, bersin, atau meludah.Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024 yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 5-10% orang yang terinfeksi TBC akan mengalami gejala dan mengembangkan penyakit TBC.Penyakit TBC yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis masih menjadi masalah kesehatan global. Pada 2023, diperkirakan 10,8 juta orang di dunia sakit karena TBC.Indonesia menempati posisi kedua di dunia dengan estimasi 1.090.000 kasus TBC baru setiap tahun dan 125.000 kematian akibat TBC.Sekretaris Ditjen Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dr. Yudhi Pramono, MARS, menyampaikan bahwa semua orang berisiko tertular TBC. Kendati demikian, terdapat kelompok masyarakat yang memiliki risiko lebih tinggi tertular penyakit ini.“Meskipun semua orang bisa tertular TBC, terdapat kelompok yang lebih berisiko tinggi tertular TBC, yaitu orang yang kontak serumah dan kontak erat dengan pasien TBC, orang dengan HIV (ODHIV), dan perokok,” ujar Yudhi seperti yang dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, Senin (3/2/2025).Selain itu, orang dengan diabetes melitus (DM), bayi, anak-anak, dan lansia yang memiliki interaksi dengan pasien TBC, warga binaan pemasyarakatan (WBP), tunawisma, pengungsi."Termasuk masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh-padat dan kumuh-miskin juga berisiko tinggi tertular TBC,” katanya.Bakteri TBC dalam percikan (droplet) diterangkan Yudhi dapat bertahan selama beberapa jam di ruangan yang lembap dan tidak terpapar sinar matahari.“Bila percikan droplet tersebut dihirup oleh orang lain, terutama mereka yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC, maka risiko penularan semakin tinggi,” terangnya.“Setelah seseorang terinfeksi, kuman Mycobacterium tuberculosis bisa dalam kondisi aktif atau tidak aktif (dormant) dalam tubuhnya. Jika daya tahan tubuhnya baik, maka bakteri TBC akan tetap tidur. Namun, jika daya tahan tubuh menurun, bakteri ini bisa menjadi aktif dan menyebabkan penyakit," sambungnya.Guna menemukan kasus tuberkulosis secara dini, investigasi kontak dilakukan oleh tenaga kesehatan atau kader, dengan minimal 8 orang diperiksa untuk setiap kasus TBC.Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/C/2175/2023 tentang Perubahan Pelaksanaan Investigasi Kontak dan Alur Pemeriksaan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) serta Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) di Indonesia.“Kegiatan investigasi kontak adalah salah satu strategi dalam program penanggulangan TBC untuk melacak dan mencari orang-orang yang berinteraksi langsung (kontak serumah dan kontak erat) dengan pasien TBC. Hal ini dilakukan oleh petugas fasilitas pelayanan kesehatan, kader, atau komunitas,” jelas Yudhi.Untuk memastikan semua kontak dapat dilacak atau diinvestigasi, perlu dilakukan beberapa upaya, seperti door to door atau jemput bola langsung ke rumah pasien dan kontak (serumah dan erat).Kader dapat melakukan kunjungan ke rumah pasien TBC dan rumah tetangga atau rekan yang berkontak dengan pasien melalui pendekatan yang sesuai dengan budaya di daerah.“Apabila kontak menolak untuk dikunjungi rumahnya, maka petugas dapat menawarkan pilihan invitasi kontak, yaitu mengundang kontak untuk datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), misalnya puskesmas atau rumah sakit, lalu dilakukan skrining oleh petugas di fasyankes,” kata Yudhi menambahkan.Petugas atau kader juga melakukan investigasi kontak terhadap teman satu kantor, satu sekolah, atau teman satu tempat bermain (jika pasien TBC merupakan anak-anak). Mereka membantu mengarahkan dan mendampingi kontak agar datang ke fasyankes untuk pemeriksaan lebih lanjut.“Jika ada yang bergejala TBC, maka akan dilakukan pemeriksaan diagnosis. Sementara itu, yang tidak bergejala akan menjalani asesmen untuk pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT). Jika terkendala transportasi, petugas atau kader sering kali menjemput menggunakan kendaraan pribadi atau meminjam ambulans puskesmas atau desa jika dibutuhkan,” pungkasnya. (*)(Jakarta)
03 Februari 2025