icon

LensaDaily.com

Kategori Berita

Cabang Berita

Pilih Tema:

Tag: youtube


YouTube Lampaui 20 Miliar Unggahan, Tantang Televisi Kabel

LensaDaily - YouTube merayakan pencapaian luar biasa, lebih dari 20 miliar video telah diunggah sejak video pertama muncul dua dekade silam. Platform ini tak sekadar jadi tempat hiburan, tapi kini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup digital masyarakat global.Dibuat pada tahun 2005 oleh tiga mantan pegawai PayPal—Steve Chen, Chad Hurley, dan Jawed Karim—YouTube bermula dari ide sederhana saat sebuah pesta makan malam. Domain YouTube.com resmi mengudara pada Hari Valentine tahun itu, sementara fitur unggah video mulai tersedia sejak 23 April. Hari itu juga, Karim mengunggah video pertama bertajuk Me at the Zoo, berdurasi 19 detik, yang kini telah ditonton lebih dari 348 juta kali.YouTube Jadi Pemain Utama Dunia DigitalKini, YouTube telah berubah drastis. Rata-rata, ada sekitar 20 juta video yang diunggah ke platform ini setiap hari. Mulai dari konser, podcast, iklan politik, tutorial, hingga konten edukatif, semua bisa ditemukan di sana. Menurut analis eMarketer, Ross Benes, YouTube telah menjadi layanan video digital terbesar di dunia, baik dari segi waktu tonton pengguna maupun pendapatan iklan yang dihasilkan.Pada tahun lalu saja, data dari Statista menunjukkan bahwa YouTube menjangkau lebih dari 2,5 miliar penonton di seluruh dunia dan telah mengantongi lebih dari 100 juta pelanggan berbayar untuk layanan musik dan premium. Bahkan, diperkirakan dalam dua tahun ke depan, YouTube akan melampaui seluruh layanan televisi kabel di Amerika Serikat dalam hal jumlah pelanggan berbayar.Pengguna di seluruh dunia kini menonton lebih dari satu miliar jam konten YouTube setiap hari hanya dari perangkat televisi. Musim panas tahun ini, YouTube juga berencana menyempurnakan pengalaman menonton lewat pembaruan fitur dan peningkatan kualitas tampilan.Strategi Google Ubah Arah YouTubeKeberhasilan YouTube tak lepas dari akuisisi penting oleh Google pada tahun 2006. Kala itu, Google membeli platform ini seharga USD 1,65 miliar atau sekitar Rp26,8 triliun (kurs Rp16.240 per USD). Google kemudian menggabungkan kekuatannya di bidang pencarian dan periklanan dengan komunitas video yang sudah berkembang pesat di YouTube.Pendekatan itu terbukti efektif. YouTube mampu menciptakan ekosistem di mana kreator konten diberi ruang dan insentif finansial melalui program bagi hasil iklan. Langkah ini turut mendorong lahirnya gelombang baru influencer dan kreator yang kini menjadikan YouTube sebagai sumber penghasilan utama.Selain itu, YouTube juga terus berbenah menghadapi isu-isu penting seperti pelanggaran hak cipta dan konten sensitif bagi anak-anak. Platform ini mengambil tindakan serius untuk menyaring video yang dinilai tidak pantas, terutama yang muncul akibat sistem rekomendasi otomatis.Kini, YouTube bukan hanya bersaing dengan televisi konvensional, tetapi juga dengan raksasa streaming seperti Netflix, Disney, dan Amazon Prime, serta pemain media sosial seperti TikTok dan Instagram Reels. Namun, dengan inovasi berkelanjutan dan komunitas global yang kuat, YouTube tampak siap menghadapi masa depan sebagai pemimpin dunia digital.Dari Penonton Jadi Pelaku DigitalKesuksesan YouTube bukan semata soal angka, tetapi bagaimana platform ini mengubah perilaku dan budaya masyarakat. Dua puluh tahun lalu, menonton video berarti duduk di depan televisi, mengikuti jadwal siaran. Kini, siapa saja bisa menonton apa pun, kapan pun, dan di mana pun. Bahkan, siapa pun bisa menjadi tontonan.YouTube telah menciptakan ruang yang memungkinkan semua orang—dari remaja di desa hingga seniman di kota besar—untuk mengekspresikan ide dan membangun audiens. Dampaknya luar biasa. Banyak kreator Indonesia yang kini dikenal luas, bahkan hingga ke mancanegara, berkat platform ini. Sebut saja Atta Halilintar, Ria Ricis, hingga Deddy Corbuzier—mereka semua tumbuh besar bersama YouTube.Transformasi ini membentuk generasi baru yang lebih melek teknologi, lebih kreatif, dan lebih mandiri secara ekonomi. Kreator konten tak lagi dipandang sebelah mata, melainkan menjadi profesi yang diidamkan banyak anak muda.Bermanfaat Namun Youtube juga Jadi Bisa Pisau Bermata DuaNamun, di sisi lain, tantangan juga mengiringi pertumbuhan YouTube. Algoritma yang cenderung memunculkan konten sensasional kerap dikhawatirkan membentuk pola konsumsi yang dangkal. Belum lagi masalah moderasi konten yang kadang tak mampu menyaring video berbahaya atau hoaks secara efektif.Masyarakat pun mulai lebih kritis dalam memilih tontonan. Mereka menuntut transparansi, keamanan, dan keakuratan informasi. YouTube menyadari hal ini dan terus menyempurnakan sistemnya agar tetap menjadi ruang yang aman dan produktif.YouTube juga menjadi alat penting dalam pendidikan dan pemberdayaan. Banyak guru, pelajar, hingga pelaku UMKM yang menggunakan platform ini untuk belajar, mengajar, dan mempromosikan produk. Artinya, YouTube bukan hanya tempat hiburan, tetapi juga alat pemberdayaan ekonomi digital.Melihat tren yang ada, peran YouTube di masa depan kemungkinan besar akan semakin besar. Inovasi akan terus muncul, dan konten buatan kreator lokal diprediksi akan semakin mendunia. Tantangannya hanya satu, bagaimana menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap kualitas konten.Reporter : Mulyadi Muis

26 April 2025